Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan saat ini Konsorsium Covid 19 yang dibentuk pihaknya tengah mengembangkan satu alat kesehatan (alkes), yakni ventilator. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam konferensi pers penyerahan hasil penelitian Konsorsium Covid 19 kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Nah satu alat kesehatan lagi yang sangat krusial dalam penanganan Covid 19 adalah ventilator," ujar Bambang, dalam video conference yang disiarkan Youtube channel Kemenristek/BRIN, Senin (6/4/2020) sore.
Terus meningkatnya angka pasien positif terinfeksi virus corona ini membuat alkes yang satu ini sangat dibutuhkan oleh tim medis yang bertugas menangani para pasien. Sehingga pengembangan dan pembuatan produk alkes ini harus dilakukan pula di dalam negeri. "Dan kita tahu semua, dengan banyaknya pasien maka dibutuhkan ventilator juga dalam jumlah yang besar," jelas Bambang.
Meskipun pengadaan ventilator ini bisa didatangkan melalui impor, namun Bambang menegaskan, berbagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan perguruan tinggi yang berada di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN, saat ini tengah fokus mengembangkan alkes ini. "Sambil sekaligus juga menunggu kedatangan ventilator dari luar, tentunya kita juga berupaya untuk membuat ventilator di dalam negeri," tegas Bambang. Menurutnya, portable ventilator yang dikembangkan oleh Konsorsium yang dipimpin oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu kini tengah memasuki tahapan pengujian oleh berbagai pihak.
Tahapan tersebut dimulai dari para dokter, kemudian Kementerian Kesehatan, selanjutnya tahapan pengujian di rumah sakit. "Dan tim yang dipimpin BPPT saat ini sudah sampai dalam tahap membuat portable ventilator yang sudah diuji antara dokter, dan saat ini sedang diuji oleh Kementerian Kesehatan dan sehabis ini diuji di rumah sakit," kata Bambang. Ia pun menargetkan portable ventilator ini bisa diproduksi massal terhitung mulai dua pekan ke depan.
"Sehingga dalam waktu mungkin 2 minggu, mudah mudahan portable ventilator ini bisa diproduksi dalam jumlah yang besar," papar Bambang. Pemenuhan kebutuhan terkait ventilator ini, kata Bambang, untuk menopang ketersediaan alkes yang saat ini mengalami keterbatasan. Ia menyebut portable ventilator bisa digunakan untuk pasien corona yang dirawat di ruang non Intensive Care Unit (ICU).
"Paling tidak, membantu untuk pasien yang non ICU yang membutuhkan bantuan ventilator tersebut," tutur Bambang. Lebih lanjut Bambang menekankan bahwa yang terpenting adalah Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pengembangan produk ini nyaris mencapai 100 persen. Sehingga jika ini berhasil, maka Indonesia dinilai mampu menghasilkan produk portable ventilator dengan TKDN yang tinggi.
"Dan tentunya yang lebih penting lagi, TKDN dari portable ventilator ini hampir 100 persen, ini yang portable ventilator ya," pungkas Bambang. Perlu diketahui, Konsorsium Covid 19 terdiri dari BPPT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta perguruan tinggi. Dibantu pula oleh Lembaga Biologi Molekular Eijkman.