Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan untuk mengembangkan vaksin virus corona (Covid 19) membutuhkan waktu paling sedikit satu tahun. Saat ini Kemenristek/BRIN memang telah membentuk Konsorsium Covid 19 yang memiliki tugas, satu diantaranya adalah mengembangkan vaksin corona. "Ini memang (proses) jangka menengah panjang, ya untuk vaksin misalkan, ini dibutuhkan kira kira waktu paling tidak saat ini minimal satu tahun," ujar Bambang, dalam video conference yang disiarkan Youtube channel Kemenristek/BRIN, Senin (6/4/2020) sore.

Pengembangan terkait vaksin yang dikembangkan oleh para peneliti tanah air ini, menurutnya, membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum akhirnya bisa diproduksi. Kecuali jika ada vaksin yang sudah dikembangkan di luar negeri, namun kemudian diproduksi di Indonesia. Bambang menambahkan, Konsorsiun Covid 19 juga fokus pada pengembangan suplemen untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Proses pengembangan suplemen ini menggunakan kekayaan bahan herbal yang bersumber dari Indonesia. "Tapi kami juga fokus selain vaksin adalah pada suplemen, paling tidak untuk menjaga imunitas dari tubuh dengan berbagai bahan yang ada di Indonesia," jelas Bambang. Tidak hanya pengembangan pada vaksin dan suplemen saja, konsorsium tersebut juga tengah melakukan pengujian terhadap pil Kina yang diyakini memiliki manfaat seperti Chloroquine.

"Dan tentunya obat, salah satu yang sedang diuji sebagai obat untuk Covid 19 adalah pil Kina, karena pil Kina ini memiliki kesamaan dengan yang sudah diberitakan media yaitu Chloroquine," papar Bambang. Lebih lanjut, Bambang pun berharap agar kelak ada produk yang bisa bermanfaat bagi pengobatan pasien corona, dari hasil pengujian ini. "Mudah mudahan dari pengujian ini ada sesuatu yang barangkali nanti bisa berkontribusi pada pengobatan Covid 19 itu sendiri," pungkas Bambang.

Terkait Konsorsium Covid 19 yang bentuk Kemenristek/BRIN ini, dipimpin oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan beranggotakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta perguruan tinggi. Dibantu pula oleh Lembaga Biologi Molekular Eijkman.